Jemari yang tak lagi muda, begitu lincah menyusun satu demi satu lembaran pandan duri yang dianyam menjadi tikar. Itulah ibu Sumiatun (55 tahun), warga Dusun Karang Desa Ngambon Kecamatan Ngambon. Nenek 6 cucu itu dengan cekatan menyelesaikan tugasnya membuat kerajinan tangan tikar tradisional. Selain untuk menambah penghasilan, juga dimanfaatkan sebagai penghilang rasa bosan. "Mboten ngemenke kok, gus. Lha wong namung kangge ngisi wektu kemawon (tidak memaksakan kok, mas, hanya untuk mengisi waktu luang saja)", ucapnya sambil menganyam tikar. "Bahane mawon saking tegale piyambak (bahannya saja berasal dari sawah sendiri)", tambahnya. Dalam seminggu,
beliau mampu menyelesaikan 4-5 lembar tikar berukuran 1x1,5 m. Beliau mengakui, prosesnya sederhana tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Setelah daun diambil dari pohonnya, kemudian dibersihkan permukaannya agar lentur dan dipecah kurang lebih selebar 1,5 cm. Kemudian dianyam dan dijemur di bawah sinar matahari setelah tikar jadi. Biasanya hasil anyaman dijajakan di pertigaan SMPN 1 Ngambon setiap hari pasaran legi. Harganya bervariasi mulai dari Rp. 11.000,00 sampai Rp. 18.000,00 per lembarnya."Niku mawon kadang tasik dienyang (segitu saja masih ditawar)", sahutnya sambil tersenyum. Calon pembelinya biasanya dari tengkulak maupun dari warga sekitar.Hasil jadi Tikar Tradisional |
Selain mbah Tun, panggilan akrab ibu Sumiatun, ada sekitar 4 orang yang berprofesi serupa di dusun Karang. Di antaranya adalah mbak Laminah, mbah Samirah, Ibu Taminah dan mbah Jiyem. Saat pasaran legi pagi tadi (27/05/2014) mbak tun telah menjual lebih dari 15 lembar atau sekitar Rp. 150.000,00. "Lumayan kangge tambah blonjo (Lumayan untuk tambah uang belanja)", kata ibu yang sudah menekuni usaha ini sejak usia belasan tahun. Beliau mengaku belum pernah sekalipun mendapat bantuan pinjaman modal dari pihak manapun. "Sak glathuk e mawon, gus (seadanya saja, mas)", tambahnya.
Pekerjaan yang terlihat mudah bagi yang melihatnya, namun tidak demikian bagi mbah Tun. Tak jarang jari-jarinya tergores tepi daun pandan yang tajam, baik saat menganyam maupun saat membersihkan daun yang kaku tersebut. Selalu semangat, dan bersyukur menjadi tekad ibu sumiatun dalam menjalani profesinya. (red/)
Matoh tenan semoga ada perhatian dari pemerintah dan orang orang yg peduli terhadap perbaikan taraf hidup sesama. Bersebdekahlah utk kemaslahatan. Amin
BalasHapus